Kurang Terpapar Matahari Diam-Diam Meningkatkan Risiko Kematian dan Penyakit Serius

Rabu, 24 Desember 2025 | 10:01:48 WIB
Kurang Terpapar Matahari Diam-Diam Meningkatkan Risiko Kematian dan Penyakit Serius

JAKARTA - Gaya hidup modern membuat banyak orang lebih sering berada di dalam ruangan dibandingkan beraktivitas di luar rumah. Kebiasaan ini tanpa disadari dapat berdampak besar pada kesehatan tubuh dan bahkan harapan hidup seseorang.

Paparan sinar matahari ternyata tidak hanya berpengaruh terhadap suasana hati, tetapi juga terhadap tingkat kesehatan dan risiko kematian. Fakta ini menjadi perhatian serius karena sering kali dianggap sepele dalam kehidupan sehari-hari.

Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Christy Efiyanti, SpPD, FINASIM, menjelaskan bahwa sinar matahari memiliki peran penting bagi tubuh. Seseorang yang terbiasa terpapar sinar matahari aktif umumnya memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit kardiovaskular dan kematian nonkanker maupun nonpenyakit kardiovaskular.

Menurut dr Christy, kebiasaan kurang terpapar sinar matahari dapat memicu berbagai masalah kesehatan jangka panjang. Hal ini diperkuat oleh berbagai penelitian yang menunjukkan hubungan kuat antara minimnya paparan matahari dan meningkatnya risiko kematian.

Dampak Kurangnya Paparan Sinar Matahari bagi Tubuh

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa paparan sinar matahari yang tidak memadai dapat meningkatkan risiko kematian secara signifikan. Kondisi ini menjadi perhatian karena banyak orang menghabiskan waktu lebih lama di dalam ruangan.

“Penelitian dalam dekade terakhir menunjukkan bahwa kurangnya paparan sinar matahari mungkin bertanggung jawab terhadap 340.000 kematian di Amerika Serikat dan 480.000 kematian di Eropa setiap tahunnya,” ujar dr Christy. Angka tersebut menggambarkan besarnya dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan menghindari sinar matahari.

Kurangnya paparan sinar matahari tidak hanya berkaitan dengan angka kematian. Kondisi ini juga berhubungan dengan meningkatnya kejadian berbagai penyakit kronis yang memengaruhi kualitas hidup.

Dr Christy menjelaskan bahwa minimnya sinar matahari berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker payudara dan kanker kolorektal. Selain itu, penyakit tidak menular lain juga kerap muncul pada individu yang jarang berjemur.

Hipertensi dan penyakit jantung menjadi dua masalah kesehatan yang sering dikaitkan dengan kurangnya paparan sinar matahari. Risiko sindrom metabolik pun meningkat seiring rendahnya paparan sinar ultraviolet.

Tidak berhenti di situ, kurangnya sinar matahari juga dikaitkan dengan gangguan neurologis. Beberapa penelitian mengaitkannya dengan multiple sclerosis, Alzheimer, hingga autisme.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sinar matahari memiliki peran lebih luas daripada sekadar sumber cahaya alami. Paparan yang cukup berkontribusi pada keseimbangan berbagai sistem dalam tubuh.

Peran Sinar Matahari dalam Produksi Vitamin D

Lebih lanjut, dr Christy membeberkan bahwa sinar matahari berperan utama dalam membantu tubuh memproduksi vitamin D. Vitamin ini sangat dibutuhkan untuk menjaga kekebalan tubuh, kesehatan tulang, serta fungsi metabolisme.

Vitamin D berperan penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan gangguan pada tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis.

Selain itu, vitamin D juga berperan dalam menjaga sistem imun agar tetap optimal. Kekebalan tubuh yang baik membantu tubuh melawan infeksi dan berbagai penyakit.

“Paparan sinar matahari yang cukup mampu memperbaiki status vitamin D seseorang,” jelas dr Christy. Sebaliknya, defisiensi vitamin D sering kali terjadi pada individu yang jarang beraktivitas di luar ruangan.

Kebiasaan bekerja di dalam ruangan dalam waktu lama menjadi salah satu penyebab utama defisiensi vitamin D. Pola hidup ini kini semakin umum, terutama di wilayah perkotaan.

Kurangnya aktivitas luar ruangan membuat kulit jarang terpapar sinar ultraviolet B. Padahal, sinar inilah yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi vitamin D secara alami.

Defisiensi vitamin D sering kali tidak disadari karena gejalanya tidak selalu muncul secara langsung. Namun, dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang.

Waktu Terbaik dan Durasi Ideal untuk Berjemur

Terkait waktu terbaik untuk berjemur, dr Christy menyebutkan bahwa paparan sinar matahari ideal bergantung pada banyak faktor. Faktor tersebut meliputi waktu, musim, garis lintang, kondisi cuaca, serta warna kulit individu.

“Melanin atau pigmen alami pada kulit berfungsi sebagai penghalang yang memengaruhi penyerapan sinar ultraviolet B,” katanya. Semakin tinggi kadar melanin, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan paparan optimal.

Umumnya, orang berkulit cerah membutuhkan 5 hingga 15 menit paparan sinar matahari. Paparan ini dianjurkan dilakukan sebanyak 2 hingga 3 kali dalam seminggu.

Durasi ini dianggap cukup untuk membantu tubuh memproduksi vitamin D secara optimal. Namun, kebutuhan setiap individu bisa berbeda tergantung kondisi tubuh dan lingkungan.

Studi di Inggris merekomendasikan paparan sinar matahari selama 9 hingga 13 menit. Waktu ini dianjurkan pada saat makan siang antara bulan Maret hingga September.

Rekomendasi tersebut mempertimbangkan posisi matahari yang optimal untuk paparan ultraviolet B. Waktu makan siang dianggap sebagai periode paling efektif.

Di Indonesia, penelitian juga menunjukkan manfaat paparan sinar matahari. Hasil riset salah satu peneliti, Prof Siti Setiati, menunjukkan hasil yang signifikan.

Paparan sinar ultraviolet B selama 25 menit dalam tiga kali seminggu selama enam pekan terbukti dapat meningkatkan kadar vitamin D. Temuan ini relevan dengan kondisi iklim tropis Indonesia.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa paparan sinar matahari di Indonesia cukup efektif. Intensitas sinar matahari yang tinggi menjadi keuntungan tersendiri.

Ajakan untuk Tidak Takut Terpapar Sinar Matahari

Dr Christy juga memberikan pesan penting kepada masyarakat agar tidak takut beraktivitas di bawah sinar matahari. Paparan yang cukup justru memberikan manfaat besar bagi kesehatan.

“Perbanyak aktivitas di luar ruangan dan biasakan berjemur setiap hari,” pesannya. Kebiasaan sederhana ini dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang.

Ia juga mengingatkan pentingnya mengetahui kondisi tubuh masing-masing. Pemeriksaan kadar vitamin D dapat membantu mengetahui apakah tubuh mengalami defisiensi.

“Jangan lupa periksakan diri untuk mengetahui status vitamin D pada tubuh,” tambahnya. Langkah ini penting sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit.

Paparan sinar matahari sebaiknya dilakukan secara bijak dan teratur. Menghindari paparan berlebihan tetap diperlukan untuk menjaga kesehatan kulit.

Kesadaran akan pentingnya sinar matahari perlu ditingkatkan di tengah gaya hidup modern. Aktivitas sederhana seperti berjalan pagi atau berjemur dapat membawa manfaat besar.

Dengan paparan yang cukup, tubuh memiliki peluang lebih baik untuk menjaga keseimbangan kesehatan. Hal ini sekaligus menurunkan risiko berbagai penyakit serius dan risiko kematian.

Membiasakan diri terpapar sinar matahari bukan hanya soal kebiasaan, tetapi juga investasi kesehatan jangka panjang. Langkah kecil ini dapat memberikan dampak besar bagi kualitas hidup.

Terkini