JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan besaran insentif untuk program biodiesel 2026 belum ditetapkan. Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan dana insentif akan diputuskan dalam rapat komite pengarah Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).
Eniya menegaskan bahwa alokasi biodiesel tahun depan sebesar 15,65 juta kiloliter (kl) sudah mempertimbangkan proyeksi kenaikan kebutuhan pasar. Selain itu, pemerintah berkomitmen menghentikan impor solar dan menaikkan bauran biodiesel ke level B50 pada semester II-2026.
“[Alokasi dana insentif] masih akan ditentukan di rapat komite pengarah,” kata Eniya saat dihubungi, Rabu, 24 Desember 2025. Ia menambahkan bahwa keputusan akhir akan memastikan pelaksanaan program mandatori berjalan efektif.
Alokasi Volume Biodiesel Tahun 2026
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menetapkan alokasi biodiesel untuk 2026 sebesar 15,65 juta kl. Jumlah ini naik 15,26 persen dibanding alokasi awal B40 tahun 2025 yang sebesar 13,5 juta kl.
Meskipun meningkat, alokasi 2026 tidak jauh berbeda dari posisi terbaru B40 sepanjang 2025 yang telah disesuaikan menjadi 15,6 juta kl. Aturan ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 439.K/EK.01/MEM.E/2025 tentang penetapan Badan Usaha BBM dan BBN serta alokasi volume biodiesel untuk pencampuran minyak solar tahun 2026.
Eniya menegaskan, pelaksanaan program mandatori 2026 akan didukung sinergi 32 BU BBM dan 26 BU BBN yang telah ditunjuk pemerintah. Sinergi ini diharapkan memastikan distribusi dan pencampuran biodiesel berjalan optimal di seluruh wilayah.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan Program Biodiesel
Menurut hitungan Kementerian ESDM, program biodiesel 2026 diperkirakan meningkatkan nilai tambah minyak sawit mentah (CPO) menjadi Rp21,8 triliun. Selain itu, penghematan devisa dari penghentian impor solar diperkirakan mencapai Rp139 triliun.
Program ini juga berpotensi menyerap lebih dari 1,9 juta tenaga kerja. Dari sisi lingkungan, pengurangan emisi gas rumah kaca diperkirakan mencapai 41,5 juta ton CO2e.
Subsidi biodiesel untuk program B40 tahun 2025 diproyeksikan sebesar Rp35,5 triliun. Angka ini naik dari realisasi sepanjang 2023 sebesar Rp26,23 triliun untuk mendukung program B35.
Alokasi Subsidi dan Strategi Tahun Depan
Pada 2025, alokasi subsidi hanya dibatasi untuk biodiesel segmen PSO sebanyak 7,55 juta kl dari total target produksi B40 15,6 juta kl. Namun, pada paruh kedua 2025, Kementerian ESDM mengajukan tambahan alokasi subsidi B40 sebesar Rp16 triliun.
Eniya menjelaskan, tambahan anggaran ini sesuai dengan perencanaan awal kementerian terkait kebutuhan pembiayaan B40 sebesar Rp51 triliun sepanjang 2025. Namun, awalnya anggaran dipatok Rp35,5 triliun untuk membiayai sebagian program biodiesel 2024.
Dengan strategi ini, pemerintah menegaskan keberlanjutan program mandatori biodiesel. Selain mengurangi ketergantungan pada solar impor, langkah ini juga diharapkan meningkatkan nilai tambah industri sawit nasional.